
Alasan Prabowo Bangun Rumah Banyak di Indonesia
Alasan Prabowo Bangun Rumah – Sektor perumahan di Indonesia akan di kembangkan secara serius demi pertumbuhan ekonomi Tanah Air yang lebih tinggi. Perbaikan perumahan akan memicu pertumbuhan lini binsis lainnya mulai dari semen hingga furnitur.
Utusan Presiden Bidang Iklim dan Energi sekaligus Ketua Satuan Tugas (Satgas) Perumahan Hashim Djojohadikusmo sangat optimis target pertumbnuhan ekonomi Indonesia 8% bisa tercapai lewat 2 program, yakni makan Bergizi Gratis (MBG) dan program 3 juta perumahan.
Program pembangunan 3 juta rumah, selain meningkatkan pertumbuhan tenaga kerja, juga mendorong dunia usaha semakin bergairah. Mengingat kebutuhan material yang di butuhkan dalam menjalankan program ini sangat banyak.
Pertumbuhan Real Estate & Konstruksi Melandai
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa laju implisit Produk Domestik Bruto (PDB) secara tahunan (year on year/yoy) untuk lapangan usaha real estate dan konstruksi cenderung melandai sejak puncaknya pada kuartal IV-2022 atau sekitar 2 tahun lalu.
Laju Implisit PBD real estate dan konstruksi pada kuartal IV-2022 tercatat sebesar 3,46% yoy dan 6,96% yoy. Sedangkaan pada kuartal IV-2024 hanya tumbuh masing-masing sebesar 0,6 yoy dan 0,53% yoy.
Laju Implisit PBD Real Estate & konstruksi Seri 2010 (%Yoy)
Pertumbuhan real estate di Indonesia melanda karena beberapa faktor utama, baik dari sisi permintaan maupun penawaran.
1. Suku Bunga Tinggi
Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga dalam beberapa tahun terakhir mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas rupiah. Kenaikan suku bunga ini menyebabkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menjadi lebih mahal, sehingga banyak calon pembeli menunda pembelian rumah. Selain itu, pengembang juga mengalami kenaikan biaya pinjaman, yang berdampak pada kenaikan harga properti dan berkurangnya proyek baru.
2. Perlambatan Ekonomi dan Daya Beli Konsumen
Pertumbuhan ekonomi yang melambat mengurangi minat masyarakat untuk membeli properti, terutama untuk kelas menengah ke bawah. Selanjutnya penurunan daya beli akibat inflasi menyebabkan masyarakat lebih memilih menabung atau mengalokasikan dana untuk kebutuhan lain.
3. Perubahan Tren Konsumen
Generasi muda lebih memilih fleksibilitas dalam tempat tinggal (seperti menyewa daripada membeli rumah). Tidak hanya itu, munculnya tren co-living dan apartemen mikro juga menggeser permintaan dari rumah tapak ke properti yang lebih fleksibel dan terjangkau.
Real Estate Indonesia
Distribusi PDB Indonesia dalam hal real estate memang tidaklah besar jika di bandingkan lapangan usaha lainnya, seperti pertanian, pertambangan, hingga industri pengelolahan. Per 2024, konstribusi real estate untuk PDB Indonesia sendiri berada di angka 2,35% atau lebih rendah di bandingkan tahun-tahun sebelumnya. Penurunan distrubisi real estate ini telah terjadi selama empat tahun beruntun atau sejak 2021.
Sedangkan dalam 10 tahun terakhir, konstribusi real estate untuk PDB Indonesia mencatatkan titik tertingginya pada tahun 2020 yakni sebesar 2,94%. Hal ini sangat jauh berbeda dengan China yang punya kontibusi sektor real estate terhadap PDB lebih dari 10%.
Baca Juga: 7 Karakteristik Rumah Eropa Klasik Modern, Bisa Jadi Inspirasi